Lingkup Komunikasi Antar Apoteker-Asisten Apoteker
dengan pasien
A. Unsur-unsur
Komunikasi
1. Komunikator
Sender adalah
orang yang memiliki motif, mengambil inisiatif, dan menyampaikan pesan. Pesan
atau informasi berasal dari otak si pengirim pesan. Komunikator di Apotek lebih
banyak didominasi oleh Apoteker dan Asisten apoteker, tetapi tak jarang pula
pasien sebagai komunikator.
Pekerja
apotek sebagai komunikator lebih menginformasikan mengenai obat yang telah
dibeli pasien, baik itu mengenai informasi fungsi obatnya, efek sampingnya
ataupun cara pakainya. Sedangkan pasien sebagai komunikator, pada saat mereka
berkonsultasi perihal keluhan yang dimiliki ataupun konsultasi perihal obat
yang pasien minum.
2. Pesan
Pesan
yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim
kepada penerima. Pesan yang disampaikan di Apotek perihal informasi tentang
obat yang dibeli ataupun yang di tebus pasien menggunakan resep. Di dalam pesan
itu mengandung informasi obat, mulai dari kegunaan obat, efek samping obat,
kontra indikasi obat, hingga informasi kapan obat itu diminum. Selain itu,
untuk pasien yang ingin berkonsultasi perihal gejala yang di deritanya, pesan
yang di sampaikan apoteker berupa informasi obat yang sebaiknya di beli pasien,
sehingga pasien tidak salah dalam memilih obat.
3. Media
Media
adalah semua peralatan mekanik yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan-pesan
komunikasi. Dalam menyebarkan informasi kepada khalayak, apotek menggunakan
media cetak yaitu majalah. Di dalam majalah, terdapat berbagai macam informasi
perihal kesehatan, hal ini bertujuan agar semua orang mampu menjaga pola hidup
sehat mereka. Selain media cetak, apotek
dalam menyebarluaskan informasi juga dengan menggunakan media digital, yaitu
dengan menggunakan website.
4. Komunikan
Receiver
(penerima) adalah orang yang menerima pesan dan sebagai akibatnya menjadi
terhubungkan dengan sumber pesan. Komunikan di apotek lebih di dominasi oleh
pasien, pasien di apotek lebih mendengarkan pekerja apotek saat memberi
informasi dan edukasi kepada pasien. Tetapi, tidak selalu pasien yang menjadi
komunikan, ada kalanya pekerja apotek menjadi komunikan seperti saat pesien
mengeluh akan tidak adanya stok obat yang mereka butuhkan.
5. Efek
Efek
adalah perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri audience sebagai akibat dari keterpaan pesan-pesan media. Efek yang
ditimbulkan dari komunikasi yang terjadi di Apotek yaitu ada efek positif dan
negative.
Efek
positifnya pasien menjadi berlangganan pada apotek yang dia datangi, karena
merasa puas dengan pelayanan para pekerja apotek. Efek negatifnya jika pasien
merasa kecewa dengan pelayanan pekerja apotek yang kurang ramah, selain itu
karena kurang lengkapnya stok obat yang disediakan apotek, membuat pasien
beranggapan jika apotek tersebut tidak lengkap, hingga mereka enggan untuk
kembali.
B. Proses
Komunikasi
Proses
komunikasi yang terjadi di Apotek yaitu proses secara primer dan sekunder.
Proses komunikasi secara primer yang terjadi di apotek dapat berupa tanya-jawab
pekerja apotek dan pasien perihal harga obat, pemberian informasi dan edukasi
kepada pasien, membahas isu yang sedang hangat diperbincangkan dimasyarakat,
atau hanya sekedar berbincang-bincang antara pasien dan pekerja apotek atau
sebaliknya, bisa juga antar sesama pekerja apotek atau pasien dengan pasien
lainnya. Sehingga komunikasinya berlangsung efektif, karena bertatap muka
langsung.
Sedangkan,
proses komunikasi secara sekunder yang terjadi di apotek pada saat pasien
meminta suatu obat, tetapi pada saat itu stok obat yang di minta pasien kosong.
Hingga, pekerja apotek dan pasien membuat kesepakatan akan menghubungi pasien
jika obat yang di mintanya sudah tersedia. Proses penginformasian perihal obat
yang sudah tersedia ini terjadi secara tidak langsung, karena pasien dan
pekerja apotek tidak bertatap muka secara langsung melainkan dengan menggunakan
media telephone.
C. Bentuk
Komunikasi
Bentuk
komunikasi yang terjadi di Apotek yaitu komunikasi interpersonal dimana
masing-masing pihak dapat membicarakan latar belakang dan pengalaman
masing-masing dalam percakapan tersebut yang terjadi secara spontan ketika
mereka sedang melakukan transaksi. Komunikasi ini dapat terjadi antar satu
orang atau lebih. Seperti pembeli membicarakan perihal sakit yang pernah
dideritanya, membicarakan kesehariannya, keluarganya, lingkungan di sekitar
kepada pasien lainnya atau dari pekerja apotek yang lebih dari satu. Komunikasi
ini lebih efektif dalam hal membujuk lawan bicara karena tanpa menggunakan
media dalam penyampaian pesannya serta dapat langsung melihat reaksi dari lawan
bicara.
D. Sifat
Komunikasi
1. Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi
yang menggunakan kata-kata, baik lisan maupun tulisan. Pekerja apotek dan
pasien menggunakan kata-kata untuk mereka berkomunikasi. Misalnya, di apotek
apoteker ataupun asisten apoteker melakukan KIE (Komunikasi, Informasi, dan
Edukasi) kepada pasien, dengan menjelaskan fungsi dari obat, efek samping obat,
hingga kapan obat itu di minum. Semua itu terjadi menggunakan komunikasi
verbal. Apoteker ataupun asisten apoteker juga harus memastikan bahwa
komunikasi verbal yang ditransmisikan sampai kepada pasien atau pihak keluarga
pasien. Di apotek bahasa yang sering digunakan bahasa Indonesia, dikarenakan
bahasa Indonesia juga merupakan bahasa nasional, ini bertujuan agar menghindari
kesalahpahaman bahasa antara pasien dengan pekerja apotek.
2. Non-verbal
Komunikasi nonverbal adalah
komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk non-verbal, tanpa kata-kata.
Selain menggunakan sifat komunikasi verbal, di apotek juga menggunakan
komunikasi non-verbal. Komunikasi non-verbal yang terjadi di apotek di dorong
karena ketidakmampuan pasien dalam menyebutkan nama obat karena sebab tertentu,
pasien dalam jenis ini hanya menyerahkan bentuk kemasan obat saja. Selain itu,
untuk pasien yang normal, kadangkala mereka juga hanya menyerahkan resep dokter
kepada apoteker ataupun asisten apoteker tanpa mengucapkan apa-apa. Proses
peletakan resep dokter tanpa pengucapan apapun ini juga termasuk komunikasi
non-verbal, karena dengan menyerahkan resep dokter itu berarti pasien ingin
menebus obat.
3. Tatap muka
Komunikasi tatap muka adalah suatu
bentuk komunikasi yang mempertemukan secara tatap muka pihak komunikator dan
komunikan. Di apotek, komunikator di dominasi oleh apoteker dan asisten
apoteker, karena mereka yang bertuga member informasi dan edukasi kepada pasien
secara tatap muka. Sedangkan, komunikan di dominasi pihak pasien, karena mereka
yang menerima informasi mengenai obat yang mereka beli atau tebus. Proses
aksi-reaksi ini terjadi secara langsung dan dua arah dengan kata-kata yang
mereka ucapkan.
4. Bermedia
Bermedia adalah suatu bentuk
komunikasi yang menggunakan alat sebagai perantara dalam menyampaikan pesan
dari komunikator. Di apotek, sifat komunikasi juga menggunakan media. Salah
satunya, dengan menerbitkan majalah perihal kesehatan. Selain itu, dalam
menyampaikan pesan kepada pasien, juga menggunakan media telephone.
E. Pola Komunikasi
Pola komunikasi adalah suatu
gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan
antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya. Pola komunikasi di
apotek terjadi dua tahap, yaitu komunikasi sebagai aksi dan komunikasi sebagai
transaksi.
Dalam komunikasi sebagai aksi
(komunikasi satu arah), apoteker dan asisten apoteker berperan memberi
informasi dan edukasi soal obat kepada pasien, agar pasien tidak sembarangan
dalam mengonsumsi obat sehingga tidak terjadi resisten. Sedangkan, komunikasi
sebaga interaksi (komunikasi dua arah). Dalam komunikasi ini, pekerja apotek
dan pasien memiliki peran yang sama, yaitu pemberi aksi dan penerima reaksi.
Pemberi aksi didominasi oleh pekerja apotek, karena mereka yang memberi
informasi mengenai obat, dan juga
memberikan pelayanan kesehatan. Sedangkan, pasien berperan sebagai
penerima reaksi, seperti pada saat apoteker memberikan KIE kepada pasien, dan
pasien tidak paham terhadap apa yang dijelaskan apoteker, mereka akan bertanya.
Dari proses Tanya jawab inilah terjadi interaksi.
F. Hambatan Komunikasi Antara Pasien
dengan Pekerja Apotek
Proses komunikasi tidak akan
berjalan lancar jika terjadi gangguan dalam komunikasi. Gangguan atau hambatan
itu secara umum dapat dikelompokan menjadi hambatan internal dan eksternal.
Hambatan internal adalah hambatan yang berasal dari dalam diri individu yang
terkait kondisi fisik atau psikologis. Sedangkan hambatan eksternal, Contohnya,
jika seseorang mengalami gangguan pendengaran maka ia akan mengalami hambatan
komunikasi. Sedangkan, hambatan eksternal adalah hambatan yang berasal dari
luar individu yang terkait dengan lingkungan fisik atau lingkungan sosial
budaya. Hambatan yang terjadi di Apotek:
1. Perbedaan Budaya (Bahasa)
Perbedaan budaya kerap menjadi
masalah dalam berkomunikasi karena tidak semua orang dapat menguasai bahasa
dari berbagai daerah. Apalagi dengan adanya berbagai macam budaya dan gaya
bahasa yang berbeda dengan gaya bahasa orang sunda. Terkadang itu menjadi kesalah
pahaman yang terjadi di apotek misalnya, orang madura yang nada bicaranya keras
sedangkan orang jawa cenderung lembut, membuat kesalahpahaman saat berbicara
atau berkomunikasi. Jadi untuk mensiasati hal tersebut mereka menggunakan
bahasa indonesia untuk bahasa kedua yang mereka gunakan karena itu bahasa
nasional yang umum digunakan orang Indonesia.
2. Kurang pahamnya pasien terhadap obat
Kekurang pahaman pasien perihal obat
juga merupakan salah satu hambatan dalam berkomunikasi di dalam apotek. Kadangkala
pasien meminta obat, yang pembeliannya harus menggunakan resep dokter. Ini
membuat pasien marah dan kecewa karena tidak mendapat apa yang diinginkannya
dan lebih memilih untuk mencari apotek lain untuk menebus obat itu.
3. Pasien mengalami gangguan pendengaran
Salah satu hambatan dalam
berkomunikasi dengan pasien di apotek yaitu saat pasien mengalami masalah
pendengaran. Biasanya terjadi pada pasien yang sudah lanjut usia, ini membuat
asisten apoteker sulit dalam melakukan pemberian informasi kepada pasien. Di
karenakan, asisten apoteker harus mengeraskan suaranya agar dapat di dengar
oleh pasien lansia. Suara keras ini dapat membuat pasien lain terganggu
kenyamanannya.
Komentar
Posting Komentar