Langsung ke konten utama

Indahnya Bersilaturrahmi

Indahnya Bersilaturrahmi
Assalamualaikum Sobat Muslim…
Kali ini, saya akan membahas perihal indahnya bersilaturrahmi. Pasti kalian sudah tidak asing lagi dengan kata silaturrahmikan? Lalu, apa yang dimaksud dengan silaturrahmi? silahturahmi adalah suatu cara untuk mempererat tali hubungan kekerabatan, di mana hubungan ini masih memiliki hubungan darah ataupun hubungan pernikahan.
Silahturrahmi antar sesama muslim merupakan kewajiban bagi setiap umat islam, karena dengan menyambung tali silahturrahmi ini maka hubungan kekeluargaan, persaudaraan, persahabatan, serta kesatuan dan persatuan dapat dibina dengan baik. Sehingga menjadi sempurnalah keakraban, kasih sayang dan rasa cinta sesama umat manusia. Dan ini adalah bukti kemuliaan. Karena alasan inilah, orang-orang mulia yang berakal berlomba-lomba menyambung (tali silahturrahmi) kepada orang yang memutuskan dan memberi kepada orang yang tidak mau memberi, serta bersifat santun kepada yang bodoh. Cara kita bersilaturrahmi tidak hanya dengan berkunjung ke rumah tetangga ataupun kerabat. Tetapi, kita juga bisa bersilaturrahmi dengan harta, tenaga, menolong orang, mencegah bahaya yang akan menimpa orang lain, menjenguk orang sakit, memberikan kasih sayang, mengucapkan salam, dan lain sebagainya. Karena itulah, Allah SWT memerintahkan dalam kitab-Nya untuk menyambung tali silaturrahmi dibeberapa ayat, Allah SWT berfirman:
وَاعْبُدُوْااللَّهُ وَلاَتُشْرِكُوْابِهِ شَيْأَ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَنًا
Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu menyukutukan-Nya dengan suatu apapun, dan berbuat baiklah kepada orang tua.” (QS. An-Nisaa’: 36)
Hal yang demikian itu, menunjukkan betapa pentingnya berbuat baik kepada orang tua (birrul walidain), sehingga perintah itu disebut setelah perintah menyembah kepada Allah. Setelah kekuasaan Allah yang Maha Menciptakan, kedua orang tualah yang menjadi perantara kelahiran kita di dunia, dan keduanya yang telah merawat kita sejak kecil hingga dewasa. Oleh sebab itu, kita tidak sepatutnya durhaka kepada orang tua, bahkan sampai memutus tali silahturrahmi dengan orang tua kita. Namun, ada sebagian orang yang tidak suka melihat kedua orang tuanya yang dulu pernah merawatnya dengan pandangan menghina. Dia memuliakan istrinya, tetapi melecehkan ibunya. dia berusaha mendekati teman-temannya, akan tetapi menjauhi ayahnya. Apabila duduk dengan kedua orang tuanya, seolah-olah ia sedang duduk di atas bara api. Dia merasa berat apabila harus bersama kedua orang tuanya. Meski hanya sesaat bersama orang tua, tetapi ia merasa begitu lama. Dia bertutur kata dengan keduanya, dengan rasa berat dan malas. Sungguh, jika perbuatannya demikian, berarti ia telah mengharamkan bagi dirinya kenikmatan berbakti kepada kedua orang tua dan balasannya yang terpuji.
Dan Firman Allah SWT:
....وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَالْاَرْحَامَ اِنَّاللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Artinya: …Dan berdakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silahturrahmi, sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS. An-Nisa’: 1)
Maksaudnya adalah tidak sempurna ketakwaan seseorang kalau dia tidak bisa merawat hubungan baik dengan sesama manusia atau kerabat. Oleh karenanya, ketika terlanjur timbul suatu tidak keharmonisan atau terjadi percekcokan antar hubungan sesama manusia, maka harus dilakukan suatu usaha untuk menentramkan kembali yaitu dengan silaturrahmi. Karena itu, Allah mengancam siapa saja yang memutuskan keberkahan dan usia panjang bagi siapa yang memeliharanya. “Rahim tergantung di singgasana Ilahi (Arsy), di sana ia berkata: “Siapa yang menyambungku akan disambung Allah (dengan rahmat-Nya) dan siapa yang memutuskanku akan diputuskan Allah (rahmat-Nya)” (HR. Muslim melalui Aisyah ra.). Maka manusia yang paling sering menyambung tali silaturrahmi merupakan manusia yang paling sempurna imannya dan paling bertakwa kepada Rabb-Nya. 
Silaturahim dalam kehidupan bermasyarakat sudah tidak asing lagi, karena hampir semua muslim mengetahui akan kewajiban menyambung tali silaturahmi antar sesama muslim. Akan tetapi, dalam kenyataan sehari-hari ternyata masih ada orang islam yang enggan melakukannya, Tidak mau menyambung tali persaudaraan yang putus, bahkan ada yang sengaja memutus tali persaudaraan yang telah terjalin kokoh hanya karena harta dan keduniaan. Yang demikian dapat kita lihat dalam kehidupan kita ini, ada saudara yang memang enggan bersilaturahmi dan menutup diri dari saudaranya, ada juga yang dulunya senang bertandang untuk silaturahmi, tetapi kini setelah kehidupannya meningkat tidak pernah sekali, bahkan seperti tidak saling mengenal. Akibatnya tali persaudaraan akan putus tidak dapat disambung lagi. Bagai layang-layang yang putus dan diterpa oleh angin kencang sehngga sulit dicari titik temunya. Rasa kasih sayang sesama muslimpun semakin memudar dan semakin hilang.
Padahal, silaturrahmi merupakan amalan yang penuh berkah, menjadikan pelakunya bahagia dunia dan akhirat dan diberkahi dimanapun ia berada, Allah SWT akan memberikan berkah kepadanya di setiap kondisi dan perbuatannya, baik yang segera maupun yang tertunda. Keutamaannya sangat banyak, profitnya melimpah, buahnya matang, pohon-pohonya baik yang memberikan makanannya di setiap waktu dengan ijin Rabb-nya. Maka diantara keutamaan tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Silaturrahmi merupakan sebagian dari konsekuensi iman dan tanda-tandanya: dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِفَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ , وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِفَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barang siapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia menyambung hubungan silaturrahim,…”[1]
2.      Silaturrahmi adalah penyebab bertambah umur dan luas rizqi: dari Abu Hurairah ia berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُسْطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَلَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barang siapa yang senang diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung hubungan silaturrahim”[2]
3.      Silaturrahmi mnyebabkan adanya hubungan Allah bagi orang yang menyambungnya: dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah bersabda:
إِنَّ اللَّه خَلَقَ الْخَلْقَ حَتَّي إِذَا فَرَغَ مِنْهُمْ قَامَتِ الرَّحِمُ فَقَالَتْ: هَذَامَقَامُ الْعَاءِذُ بِكَ مِنَ الْقَطِيْعَةِ. قَالَ: نَعَمْ, أَمَاتَرْضَيْنَ أَنْ أَصِلَ مَنْ وَصَلَكَ وَأَقْطَعَ مَنْ قَطَعَكَ؟ قَالَتْ: بَلَى. فَذَلِكَ لَكَ.
“Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk, hingga apabila dia selesai dari (menciptakan) mereka, rahim berdiri seraya bekata. Ini adalah kedudukan orang yang berlindung dengan-Mu dari memutuskan.’ Dia berfirman: ‘Benar, apakah engkau dan memutuskan orang yang memutuskan engkau? Ia menjawab, ‘Bahkan. ‘Dia berfirman, ‘itulah untukmu.’
4.      Silaturrahmi merupakan salah satu penyebab utama masuk surga dan jauh dari neraka: dari Abu Ayyub al-Anshari, sesungguhnya seorang laki-laki berkata. ‘Ya Rasulullah, ceritakanlah kepadaku amalan yang memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkan aku dari neraka.’ Maka Nabi bersabda:
تَعْبُدُ اللَّهُ وَلاَتُشْرِكُ بِهِ شَيْءَا وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَوَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَوَتَصِلُ الرَّحِمَ.
“Engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan menyambung tali silaturrahmi.”[3]
5.      Silaturrahmi lebih besar pahalanya daripada memerdekakan budak. Dari Ummul mukminin Maimunah binti al-harits RA, sesungguhnya dia memerdekakan budak yang dimilikinya dan dia tidak meminta izin kepada Nabi. Maka tatkala pada hari yang menjadi gilirannya, ia berkata, ‘Apakah engkau merasa wahai Rasulullah bahwa sesungguhnya aku telah memerdekakan budak (perempuan) milikku? Beliau bertanya, apakah sudah engkau lakukan? Dia menjawab ‘Ya.’ Beliau bersabda:
أَمَّااِنَّكِ لَوْ أَعْطَبْتِهَا أَخْواَلَكِ كَانَ أَعْظَمَ لِأَجْرِكِ.
“Adapun jika engakau memberikannya kepada paman-pamanmu, niscaya lebih besar pahalanya untukmu.”[4]
6.      Di antara besarnya silaturrahmi, sesungguhnya sedekah terhadap keluarga sendiri tidak seperti sedekah terhadap orang lain. Dari Salman bin Amir, dari Nabi, beliau bersabda:
...الصَّدَقَةُعَلَى المِسْكِيْنِ صَدَقَةُوَعَلَى ذِيْ الرَّحِمِ اثْنَتَانِ: صَدَقَةُوَصِلَةٌ
“…Sedekah terhadap orang miskin adalah sedekah dan terhadap keluarga sendiri mendapat dua pahala: Sedekah dan silaturrahmi.”[5]
Dan demikian pula dari hadits Zainab ats-Tsaqafiyah Ra, istri Abdullah bin Mas’ud, ketika ia pergi dan bertanya kepada Nabi, ‘Apakah boleh bersedekah dirinya kepada suaminya dan anak-anak yatim yang ada dalam asuhannya? Maka nabi bersabda:
لَهَا أَجْرَانِ: أَجْرُ الْقَرَابَةِ وَأَجْرُالصَّدَقَةِ
“Untuknya dua pahala, pahala keluarga dan pahala sedekah.”[6]
Teman-teman sekalian, memutuskan tali silaturrahmi merupakan dosa besar, Allah SWT memberikan ancaman kepada pelakunya dengan berbagai siksaan dan hukuman baik di dunia maupun di akhirat. Maka orang yang memutuskan silaturrahmi kehidupannya susah, tidak ada yang menyukai dan menyebutnya. Memutuskan silaturrahmi termasuk kerusakan di muka bumi, Maka dari itu Sobat Muslim, Jangan sekali-kali kalian memutus tali silaturrahmi bahkan sampai tali persaudaraan.




[1] Muttafaqun ‘alaih, al-Bukhari 10/336 dan Muslim no. 85.
[2] Muttafaqun ‘alaih, dari hadist Anas bin Malik. Al-Bukhari 10/348, Muslim 2557, dan Abu Daud 1693.
[3] Muttafaqun ‘alaih, al-Bukhari 3/208, dan Muslin no.13.
[4] Muttafaqun ‘alaih, al-Bukhari 5/161, Muslim no. 999, dan Abu Daud no. 1690.
[5] HR. at-Tirmidzi 658 dan ia berkata: Hadist hasan, Abu Daud 2355, an-Nasa’I 5/92, Ibnu Majah 1884, dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban no. 892.
[6] Muttafaqun ‘alaih, al-Bukhari 3/259 dan Muslim no.1000.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Macam-Macam Thoriqoh Dan Tokoh

TOKOH-TOKOH dan SEJARAH  THARIQAH 1.       Thariqah Qadariyah T h arekat yang didirikan oleh Wali Agung Syaikh ‘Abdul Qadir al-Jailani. Nama lengkapnya Say i d Abu Muhammad ‘Abdul Qadir al-Jailani’ putra dari Abu Shaleh Musa Jangki Dausat bin Abdullah. Ayahnya merupakan keturunan Imam Hasan al-Mutsanna bin al-Hasan bin Ali bin Abu Thalib yang juga putra Fathimah az-Zahra binti Rasulullah. Dilahirhan pada tahun 471 H di daerah Jilan yaitu pedesaan yang terletak di daerah Thabaristan. Pada waktu kecil ia tidak mau menyusu pada ibunya di siang hari pada bulan Ramadhan. Ketika berusia remaja ia mengembara untuk menuntut ilmu Fikih kepada beberapa orang guru. Di antaranya Syaikh Abu Wafa Ali bin ‘Aqil’, Abu Khatabah al-Kalwadzani, dan lainnya. Ia belajar ilmu Adab pada Syaikh Abi Zakariya Yahya bin ‘Ali ath-Thibrizi dan berguru ilmu tarekat kepada Waliyullah Syaikh Khair Hamad bin Muslim ad-Dabbas. Sedang madat tasawuf ia terima dari tangan Abu Sa’id al-M...

Tafsir Al-Qur'an Surat Fushilat ayat 33-35

Berdakwah Dengan Perkataan Yang Baik (Surah Fushilat Ayat 33-35)        A.     Surat Fushilat ayat 33-35 وَ مَنْ اَ حْسَنُ قَوْلاًمِّمَّنْ دَ عَآ إِ لَى أ لَاللهِ وَعَمِلَ صَلِحًا وَ قَا لَ إِ نَّنِى مِنَ الْمُسْلِمِىْنَ                                                                                    وَ لاَ تَسْتَوِ ى الْحَسَنَتُ وَلاَ السَّىِّئَةُ اُ دْ فَعْ بِا لَّتِى هِىَ اَ حْسَنُ فَإِ ذَا الّذِ ى بَىْنَكَ وَ بَىْنَهُ عَدَا وَةٌ كَأَ نَّهُ وَ لِىُّ حَمِىْمٌ           ...

Metode Dakwah Mujadalah

Hai Sobat Sinta!!! Kali ini, saya mau posting salah satu metode dakwah yang digunakan para da’i. Mungkin, yang masih awam soal dakwah pasti mereka bakal tanya “Dakwah? Bukannya metodenya Cuma ceramah ya??” anda, tidak 100% benar sobat. Ceramah memanglah salah satu metode dakwah, tetapi tidak hanya metode ceramah saja yang di gunakan para Da’i. Masih ada, metode bil-lisan, metode dakwah dengan tindakan, metode bil-hikmah, metode mau’idhotul hasanah, metode mujadalah dan lain sebagainya. Nah, kali ini saya akan menjelaskan sedikit soal metode Mujadalah. Berikut penjelasan saya:       A.     Pengertian Metode Al-Mujadalah Dari segi etimologi (bahasa) lafazh mujadalah berasal dari kata “ Jadala ” yang bermakna memintal, melilit. Apabila ditambahkan Alif pada huruf jim yang mengikuti wazan Faaala , “ jaa dala ” dapat bermakna berdebat, dan “ Mujadalah ” perdebatan. [1] Kata “ Jaadala ” dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya guna menguatkan sesuat...